Kamis, 24 Juni 2010

PEMBAHARUAN KARISMATIK KATOLIK

Istilah yang lebih tepat untuk Pembaharuan Karismatik Katolik. Ada perbedaan istilah berkaitan pembaharuan karismatik ini. Di Amerika Serikat pada umumnya pembaharuan ini disebut "Catholic Charismatic Renewal" atau Pembaharuan Karismatik Katolik, istilah ini juga dipakai di Indonesia. Sedangkan di Perancis, lebih dikenal dengan "Renewal of the Spirit" atau "pembaharuan dalam Roh" atau lebih tepat lagi disebut "pembaharuan hidup dalam Roh."

Istilah "pembaharuan hidup dalam Roh" sesungguhnya lebih tepat dipakai. Karena kata "karismatik" menjadikan pembaharuan ini seolah-olah hanya lebih menonjolkan segi karisma-karisma. Karisma-karisma ini memang merupakan unsur yang penting dalam pembaharuan ini, tetapi bukan yang terpenting. Sesungguhnya karisma-karisma ini diberikan Roh Kudus untuk pelayanan kepada jemaat (1 Kor. 12:7-11). Sedang-kan istilah "pembaharuan hidup dalam Roh" memiliki arti yang lebih mendalam dan sesuai dengan tujuan dan se-mangat dari pembaharuan ini. Karena pada dasarnya pembaharuan ini merupakan suatu pembaharuan hidup rohani dalam kuasa Roh Kudus, yaitu suatu kehadiran baru Roh Kudus disertai kuasa-Nya di dalam kehidupan Gereja dewasa ini.

Memang Roh Kuduslah yang melahirkan Gereja dan di sepanjang sejarahnya Gereja selalu dijiwai oleh Roh Kudus. Dan sebenarnya Roh Kudus tidak pernah absen dari Gereja, sebab tanpa Roh Kudus Gereja menjadi tidak berdaya dan akan mati. Bahwa hingga hari ini Gereja mampu memperbaharui diri dan selalu mempunyai vitalitas untuk memperbaharui diri, merupakan bukti, bahwa Roh Kudus sungguh-sungguh berkarya di dalamnya. Memang benar, bahwa masa-masa tertentu kehadiran-Nya lebih tampak dan terasa daripada masa-masa lain, namun Dia selalu hadir. Kehadiran itu sangat nyata sekali pada abad-abad pertama Gereja dalam kehidupan Gereja Awali. Dan apa yang terjadi dalam Gereja Awali, suatu keterbukaan kepada Roh Kudus dan karisma-karisma- Nya, saat ini sedang dialami banyak orang di pelbagai belahan dunia melalui pemba-haruan hidup dalam Roh atau pembaharuan karismatik ini.


Arti Teologis dan Sosiologis dari Pembaharuan Karismatik Katolik

Sering orang memandang secara berat sebelah dan keliru terhadap pem-baharuan karismatik ini. Bahkan ada tokoh karismatik yang mengidentikkan pembaharuan karismatik ini dengan apa yang kelihatan dari luar, misalnya: ciri-ciri orang karismatik kalau menyanyi harus tepuk tangan, tersenyum, kemudian mengangkat tangan. Tentu penekanan seperti ini akan menimbulkan ekses-ekses yang berlebih-lebihan dalam gaya dan ekspresi, sehingga tidak heran di kalangan hirarki dan umat Katolik masih ada yang antipati dan memiliki "image" negatif terhadap pembaharuan ini. Apalagi sebagai akibat, banyak "jajan" (dengan sengaja mengikuti persekutuan doa, kebaktian, seminar ke kelompok-kelompok Protestan karismatik atau juga kelompok ekumene yang bersifat sektaris dan menyerang iman Katolik), dan mengambil begitu saja gaya-gaya, cara-cara dan pengajaran mereka, tanpa menyaringnya. Sehingga tidak jarang orang akhirnya kehilangan identitas Katoliknya, bahkan menjadi ragu-ragu terhadap iman Katoliknya, sehingga akhirnya menyeberang ke kelompok-kelompok itu.

Oleh karena itu penting untuk memahami pembaharuan karismatik ini se-cara tepat dan benar. Pembaharuan karismatik ini ada dalam Gereja Katolik, sehingga kesetiaan kepada Gereja Katolik harus menjadi landasannya. Seluruh iman Katolik dan ajarannya harus menjadi bagian kehidupan pembaharuan ini. Dan cara-cara serta ungkapan lahiriah dalam pembaharuan ini haruslah diadaptasikan dengan lingkungan Gereja Katolik. Sehingga perlu dilihat, bahwa pembaharuan karismatik ini harus dibedakan berdasarkan arti teologis dan arti sosiologisnya. Pembaharuan ini harus dibedakan apa yang menjadi isi dan apa yang menjadi bungkusnya, apa yang pokok dan apa yang hanya tambahan.


Arti Sosiologis

Arti sosiologis dari pembaharuan karismatik ini ialah ungkapan-ungka- pan lahiriah dari pembaharuan ini. Ungkapan-ungkapan lahiriah ini, misalnya : tepuk tangan, tarian, dan sebagainya. hal-hal ini memang perlu dan dapat membangun suasana gembira dan sukacita, tetapi harus disadari bahwa sesungguhnya hal-hal ini hanyalah "bungkus" dan tidak hakiki. Ungkapan-ungkapan lahiriah ini tidak boleh dimutlakkan dan tidak boleh dipaksakan. Di samping itu ungkapan-ungkapan lahiriah dari pembaharuan ini sangat berbeda-beda, karena dipengaruhi latar belakang, budaya, watak, situasi setempat, dan lain-lain. Oleh karena ungka-pan lahiriah ini merupakan "bungkus" maka nilainya sekunder dan tidak hakiki, jadi bisa dipakai bisa tidak.


Arti Teologis

Arti teologis dari pembaharuan karismatik ini ialah keterbukaan kepada Roh Kudus dan karisma-karisma- Nya. Orang menyadari, bahwa karya Gereja sesungguhnya adalah karya Allah sendiri. Oleh karena itu dalam segala aktivitasnya orang bersandar dan bergantung pada kuasa Roh Kudus sendiri yang adalah Jiwa Gereja. Disini orang akan menyadari, bahwa tanpa Roh Kudus kita tidak dapat dan tidak akan mampu untuk melakukan karya-karya yang dipercayakan Allah kepada Gereja-Nya, seperti pewartaan, pertobatan, pembinaan dan pengudusan.

Arti ini yang sesungguhnya menjadi isi yang paling pokok, dan yang terpenting. Dalam arti teologis ini, melalui pembaharuan ini diharapkan orang dapat sungguh-sungguh terbuka kepada Roh Kudus, baik dalam hidup dan karyanya serta menyadari ketergantungan yang penuh kepada Roh Kudus dan kuasa-Nya. Sehingga dia sungguh-sungguh menjadi orang Katolik yang terbuka sepenuhnya terhadap kehadiran dan kuasa Roh Kudus.


Arti teologis dari pembaharuan karismatik ini mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :

1. Hidup dalam Roh

Kesadaran akan kehadiran baru Roh Kudus menyadarkan kita, bahwa seluruh hidup kita harus berada dalam tanda kehadiran-Nya. Dialah yang ha-rus menggerakkan seluruh hidup kita, menguasai serta menyadarkan kita akan ketergantungan kita yang total terhadap-Nya. Kita harus menjadari, bahwa "Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. " (Flp. 2:13) Kita menyadari peranan-Nya yang amat penting, bahkan yang bersi-fat pokok dan menentukan, dalam seluruh hidup kita. Hidup dalam Roh pada hakekatnya bukan lain daripada hidup yang dikuasai dan digerakkan seluruhnya oleh Roh Allah sendiri, tanpa menghilangkan kebebasan manusiawi kita. Seperti apa yang diungkapkan oleh rasul Paulus kepada jemaat di Roma, "Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah." (Rm. 8:14) Atau lebih tepat lagi bila diterjemahkan dari bahasa aslinya : "Semua orang, yang digerakkan Roh Allah, adalah anak Allah."

2. Hidup dalam bimbingan Roh Kudus

Salah satu aspek Hidup dalam Roh ialah menyadari, bahwa seluruh hidup kita digerakkan oleh-Nya, berarti bahwa kita harus membiarkan diri dibimbing oleh-Nya. Bimbingan Roh ini bukan hanya pada saat-saat tertentu saja, melainkan pada keseluruhan hidup, dalam segala aktivitas kita. Kita harus sungguh-sungguh terbuka dan peka terhadap bimbingan-Nya serta sungguh-sungguh mengharapkannya. Bila kita menye-rahkan hidup kita kepada-Nya, Dia akan membimbing kita dalam segala hal, serta membawa kita kepada hal-hal yang tidak terpikirkan sebelumnya. Dengan demikian kita akan menjadi manusia yang kreatif sesuai dengan sifat Roh sendiri: Kamu tidak tahu dari mana datangnya dan ke mana perginya, demikianlah setiap orang yang dibimbing oleh Roh Allah seringkali tidak terduga, dan juga tidak dapat dise-lami manusia jasmani.

3. Pengenalan akan Allah dan Yesus Kristus

Kehadiran baru Roh Kudus menyebabkan kita mengenal Allah dan Putera-Nya Yesus Kristus secara pribadi. Oleh kehadiran Roh Kudus Bapa dan Yesus menjadi Pribadi yang sungguh-sungguh hidup, yang mengasihi, melindungi dan memelihara kita. Kasih-Nya boleh kita alami sungguh-sungguh. Kita tidak hanya tahu, bahwa Dia mengasihi kita, melainkan kita juga boleh mengalami kasih-Nya secara nyata. Melalui kehadiran Roh Kudus itu kita memasuki suatu hubungan yang pribadi dengan Allah dalam Yesus Kristus.

4. Menjadikan Yesus Tuhan dan Penyelamat kita

Pembaharuan Hidup dalam Roh membawakan kepada kita kehadiran baru Roh Kudus. Oleh kehadiran Roh Kudus itu kita boleh mengalami, bahwa Yesus sungguh-sungguh hidup. Kita juga menerima keyakinan, bahwa Yesus yang disalibkan itu telah bangkit kembali dan kini hidup dan memerintah bersama dengan Bapa. Kita juga disadarkan, bahwa Yesus adalah Tuhan dan Penyelamat kita. Oleh kehadiran Roh Kudus ini dengan sungguh-sungguh kita dapat berkata, bahwa Yesus adalah Tuhan. Roh Kudus menyadarkan kita pula, bahwa Yesus harus menjadi pusat hidup kita. Dialah yang harus meraja di dalam hidup kita oleh kuasa dan kehadiran Roh Kudus.

5. Keterbukaan terhadap karisma Roh Kudus

Pembaharuan dalam Roh membawakan kepada kita keterbukaan terhadap karunia-karunia Roh Kudus yang disebut karisma-karisma. Kita disadarkan, bahwa untuk karya pelayanan kita, Allah memberikan kepada kita karisma-karisma tersebut, supaya kita mampu melaksanakan karya Allah serta dapat memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus secara efektif. Karisma-karisma itu diberikan kepada kita demi kepentingan seluruh umat, diberikan secara cuma-cuma. Karisma-karisma itu sangat penting dan perlu bagi pelayanan kita dalam dunia dewasa ini. Karena itu kita harus mengusahakannya untuk kepentingan pelayanan kita, namun harus selalu tetap sadar, bahwa yang utama tetaplah iman, harapan dan kasih.

Bila dilihat dari arti teologisnya, maka sebenarnya pembaharuan karismatik ini merupakan program hidup seorang murid Kristus yang mau dan rela terbuka sepenuhnya terhadap bimbingan dan karya Roh Kudus. Pengalaman kehadiran dan kuasa Roh Kudus yang dialami dalam pencurahan Roh, pada dasarnya merupakan suatu awal yang baru, dimana seseorang memasuki hidup di dalam Roh. Dikatakan suatu awal yang baru, karena hidup dalam Roh ini dengan bantuan rahmat Tuhan, haruslah terus berkembang. Melalui hubungan pribadi dengan Allah yang terus dipupuk melalui hidup doa, peresapan Sabda Allah dalam Kitab Suci, penghayatan sakramen-sakramen dan latihan-latihan rohani lainnya, serta melalui pelbagai perjuangan serta pemurnian yang dialami jiwa, maka hidup di dalam Roh ini diharapkan berkembang sampai pada kepenuhannya, yaitu dalam persatuan cintakasih dengan Allah. Dan persatuan cintakasih dengan Allah, yang merupakan puncak karya Roh Kudus dalam jiwa itu, sesungguhnya telah dialami dan dinyatakan oleh para kudus, secara khusus seperti St.Theresia Avila dan St.Yohanes Salib. St.Yohanes Saliblah yang menuliskan pengalaman puncak karya Roh Kudus dalam karyanya "Nyala Hidup Cinta (The Living Flame of Love)." Dalam tahap ini, maka jiwa yang dibakar oleh Roh Kudus dan ikut serta menjadi "Nyala" itu sendiri, telah menjadi begitu bersatu dengan Allah, sehingga dia jauh lebih berharga untuk keselamatan jiwa-jiwa dan kesuburan Gereja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar